Pages

Kamis, 28 Maret 2013

For Revenge


Kali pertama belia melihat penampilan dari band post hardcore ini adalah ketika mereka bermain pada salah satu pensi sekolah di Bandung. Ketika itu, kebetulan bertepatan dengan Hari Buruh Internasional. Satu hal yang unik dari penampilan band ini, mereka ikut mengingatkan teman-teman yang menonton dengan memajang satu poster bertuliskan "Jurnalis Juga Buruh". Menarik.
"Waktu itu bertepatan dengan Hari Buruh, di jalan saya lihat ada yang bawa-bawa poster jadi diminta aja sekalian buat memperingati dan mengingatkan yang nonton," tutur Boniex sang vokalis. Band ini memang termasuk salah satu yang aware terhadap isu-isu di sekelilingnya. Pada penampilan terakhirnya di Yogyakarta tanggal 2 Oktober lalu, mereka sepakat membeli syal batik untuk mereka gunakan di atas panggung. "Nah, yang di Yogya itu bertepatan Hari Batik Nasional, makanya kami sengaja beli syal batik dulu ke Malioboro. Intinya sih kita sebisa mungkin ngajak teman-teman yang nonton lebih peduli sama lingkungan, jangan cuma dateng gara-gara tahu ada acara di situ, tetapi juga peduli lah tentang isu-isu yang ada di sekeliling kita," ujar Abi (bassist).

That’s good, indeed. Band yang mengusung genre post hardcore dan emo bernama For Revenge ini, mengajari kita bahwa mengapresiasi negara sendiri dapat dimulai dari hal yang kecil. Setuju, kan? Selain Boniex dan Abi, For Revenge juga terdiri dari Adis (Gitar), Agie (gitar), dan Cimot (drum). Setelah berganti-ganti personel sejak terbentuk pada tahun 2006, merekalah yang sekarang menjadi pasukan inti For Revenge dan siap menggebrak penonton pada setiap penampilannya.
So, what kind of revenge that you guys want to released? Ternyata, emang ada satu tokoh di balik penamaan band ini! "Pertama kita emang bikin lagu buat ngelampiasin hal yang kita punya. Ada tokoh di balik nama ini yang merujuk ke seseorang. Akan tetapi, dia kemudian jadi sumber kreativitas kami, makanya kami berterima kasih aja," jawab Agie yang kemudian disambung oleh selorohan Boniex, "Kami orangnya bukan pendendam kok, kecuali masalah cinta. Emang banyaknya lirik kami berkutat di cinta dan hati, dari pengalaman-pengalaman pribadi," ujarnya.
Well, buat kamu yang suka sama genre yang mereka usung, mungkin udah enggak terlalu asing sama band yang satu ini. Mereka sudah banyak bermain di panggung umum dari Pandeglang hingga Surabaya, juga sudah sering wara-wiri di panggung pensi sekolah-sekolah menengah di Bandung. Aksi panggung mereka yang sangat atraktif dan energik juga menarik perhatian. Karena biasanya, penampilan mereka disambut tak kalah energik dari para penonton. Eh tapi, enggak takut malah jadi rusuh tuh, penontonnya?

"Kalo rusuh sih Alhamdulillah belum pernah. Walau mereka (penonton) bersemangat dan bergerak, tapi pasti rapi sih. Kita sebenernya enggak matokin yang nonton bisa menikmati musik kita dengan moshing atau gimana. Asal mereka enjoy kita puas, tapi kalo penonton makin gerak juga kita lebih puas lagi. Makanya kita tampil atraktif, biar mancing energi penonton," kata Boniex.
Pengalaman berkeliling Pulau Jawa karena band, mereka dapatkan berkat pengaruh dari kekuatan dunia maya. Berawal dari Myspace, For Revenge mendapat endorsement dan tawaran untuk bergabung dalam "Stone College Tour 2010" di Surabaya. "Dunia maya emang lebih membantu buat mengenalkan musik kita. Mayoritas orang luar kota yang ngundang band kami itu tahu dari dunia maya. Proses nanya-nanya, ngundang, sampe dealing juga lewat internet. Makanya sekarang tuh dunia maya penting banget buat perkembangan band," tambah Agie. Yap, masih melalui dunia maya juga, dibentuklah For Revenge Family, yaitu suatu wadah untuk para penikmat lagu-lagu For Revenge. Berawal dari iseng membuat group di Facebook, kini For Revenge Family yang tersebar dari Pandeglang hingga Makassar, sudah lebih terorganisasi.

Akan tetapi, selain keuntungannya yang banyak banget, ada juga pengalaman For Revenge yang kurang mengenakkan tentang internet. "Pernah waktu itu lagu ’You Can Try to Dance or Die’ dicap jadi lagu salah satu band asal Jakarta. Jadi kami lihat di Youtube ada slideshow yang diisi lagu kami, tapi disebutkan lagu band lain oleh pihak lain. Makanya ada lagu kami yang disebut-sebut mirip sama lagu band lain, padahal emang yang bikinnya kami," papar Boniex.
Mungkin karena pengalaman tersebut, For Revenge ingin segera mendokumentasikan karya mereka dalam bentuk album. "Ya, kami pengen segera punya album, terus manggung di luar negeri, orang-orang pada tahu lagu kita, dan bisa liat penonton sing along lagu-lagu kami," kata Adis, tentang harapan selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar